Wednesday, November 19, 2008

Penyusup di Kawinan Orang

Beberapa minggu lalu...

Si Saya, Rudi (sahabat), dan Ahra (adik bungsu) pergi ke kondangan kawan.
Rudi bertanya pada Si Saya sambil menyalakan Avanza hitam, "Ke mana kita pergi?"
Si Saya menjawab dengan yakin, "Balai Kartini, Gatot Subroto."

Meluncurlah mereka bertiga ke Gedung Balai Kartini untuk menghadiri pernikahan Chitta, salah satu teman Si Saya di milis keroncong. Sejujurnya, Si Saya juga belum pernah ketemu sama Chitta, bahkan sama sekali gak tau gimana wajah Chitta. Kunjungan ini sekaligus kop-dar (kopi darat) mereka yang pertama.

Sampailah mereka di Balai Kartini, gedung megah yang termasuk kelas high class sebagai lokasi pernikahan di Jakarta. Pestanya terlihat "wah" dengan tamu-tamunya yang juga berpenampilan. Tapi ternyata pas ngeliat karangan-karangan bunga yang mejeng di sana, kagetlah Si Saya, karena tulisannya adalah "Rika & Reza", bukannya "Chitta & Ziggy". OMG, Si Saya salah masuk gedung.

Dia sudah memutar badan, hendak keluar, tapi Ahra dan Rudi bilang, "Kita udah kelaparan banget nih. Makan dulu aja yuk. Nanti baru cari tahu di mana Chitta sebenernya."
Si Saya gak ada pilihan selain mengangguk, karena selain perutnya yang sudah salsa-an bahkan rock-an minta makan, dia pun gak tahu harus mencari Chitta di mana.

"Perasaan sih bener di Balai Kartini deh," Begitu pikir Si Saya.

Bodohnya, memang undangan yang hanya berupa hasil pindaian yang kemudian di-imelkan itu gak dibaca lagi, apalagi di print, oleh Si Saya. Dia sudah still yakin aja.

Sambil mencari info dan mengingat-ingat lokasi kondangan sesungguhnya, mereka bertiga--tanpa rasa malu--masuk lebih dalam ke gedung itu. Kasih angpao, tulis nama, dan celingak-celinguk lihat suasana. Gak mungkin lah salaman sama penganten. Jadi langsung saja menyambangi gubukan-gubukan yang ada.

Sayang beribu sayang, gedung yang berkapasitas hanya 1000-an orang ini jadi sesak karena dipadati orang yang jumlahnya melampaui kapasitas. Mau ke mana-mana, susah bergerak. Menu makanan yang "wah" didominasi dengan nama-nama makanan berbau Eropa, tapi sayangnya gak sesuai dengan rasanya yang "wih" (baca: gak enak..hehe).

Sejujurnya, perut Si Saya yang tadinya lapar, justru gak nafsu makan lagi. Mungkin lebih karena rasa bersalah sudah menyelinap ke pernikahan orang, sekaligus sibuk sendiri kasak-kusuk cari info dimana pernikahan Chitta yang sesungguhnya. Telpon sana telpon sini, tapi hasilnya nihil. Sampai akhirnya, di antara padat dan bisingnya ruangan itu, Si Saya memejamkan mata, mencoba mengingat dengan sangat-sangat khusyuk (kayak orang meditasi, tapi sambil berdiri) undangan dari Chitta. Kata kunci yang pertama: Gatot Subroto. Kata kunci yang kedua: Hotel. Kata kunci selanjutnya: kartini...ato kartika...

Ah ya!! Dapat!! Kartika Chandra!!

Si Saya langsung menarik tangan Rudi dan Ahra untuk diseret ke Kartika Chandra yang sama-sama terletak di Jalan Gatot Subroto. Harap-harap cemas, supaya kali ini lokasinya tepat. Gak tau kenapa, tapi Si Saya pengen banget ketemu Chitta.

Berbekal uang cadangan yang tinggal 50 ribu (karena uang yang seharusnya untuk Chitta, udah disetor ke undangan salah alamat tadi, yaaah...itung-itung biaya makan bertiga lah), mereka bertiga meluncur mundur, sambil sesekali lihat jam dengan panik karena sudah hampir jam 9 malam.

Tepat pukul 9 kurang lima belas menit, mereka bertiga sampai dan lega begitu melihat nama pengantinnya. Uang 50 ribu dimasukin ke kotak angpao setelah sebelumnya dibungkus tissue putih (soalnya, gada stok amplop lagi....). Ternyata acaranya udah sepiiii. Tinggal beberapa gelintir orang berkebaya dan berbeskap.

Jaln terburu-buru, Si Saya kaget melihat MC-nya....Ya ampuuun...itu kan Tante Mamiek Marsudi, kok bisa ketemu di sini. Cupika-cupiki, lalu langsung ke pelaminan, untuk ketemu sama Chitta. Gak lama sih, karena Chitta mau foto-foto. Gak papa lah, yang penting lega karena udah sempet memenuhi undangannya.

Tapi kaget juga, karena di sana bisa ketemu sama Mas Harry Suliztiarto dan istri. Ternyata Mas Harry itu Om-nya Chitta. Who is he anyway? Mas Harry itu penggagas panjat tebing modern pertama di Indonesia. Beliau "Bos"-nya Si Saya dan Si Aa di Skygers. Hhmm..ternyata dunia ini ya orangnya dikit kok, buktinya ketemu dia lagi, dia lagi.

pelajaran yang didapat pada hari itu:
1. Kalo mau ke undangan, periksa lagi undangannya, kalo perlu dibawa aja tuh undangannya. Jangan sok yakin dulu.

2. Sebaiknya bawa amplop lebih, ato bawa tissue aja kalo gak punya amplop, supaya bisa untuk ngebungkus uang angpao-nya kalo kepepet.

3. Wiken anda sunyi dan membosankan? Ditambah lagi perut anda lapar tapi gak mau makan di warteg? Kunjungi pernikahan terdekat, bawa uang secukupnya saja, lalu....SELAMAT MAKAN. Ini adalah cara mengusir lapar dan kesepian yang sangat-sangat baik....KALAU ANDA GAK TAU MALU.

0 comments: