Wednesday, November 19, 2008

meong meong, guk guk, wek wek, auuum, cicicuit, petok petok...

Temanku tertawa saat kami berjalan dan tiba-tiba saya berjongkok, hanya sekedar untuk menyapa dan tersenyum pada kucing liar kurus di pojokan jalan. Temanku lalu meringis saat saya kembali menyapa riang seekor anjing hitam bermuka lucu di sebuah rumah berpagar hijau. Lalu temanku itu mulai geleng-geleng kepala saat saya bertanya kepada anak kucing belang tiga, "Hei kecil ke mana mamamu? Kamu udah makan belum?"Dan akhirnya temanku mulai mengataiku 'sinting' ketika aku melihat kucing jantan yang kurus dan budukan penuh luka lalu menahan tangis sambil mendoakan kebahagiaan hidupnya.
Seorang anak mengejar-ngejar kucing. Dia tarik ekor si kucing, dia pukul, lalu ditendang. Si kucing yang marah menyakar anak tersebut. Si anak menangis, si ibu memukul kucing itu, menyalahkan si kucing karena membuat anaknya menangis.

Kupikir, bukankah manusia dan hewan sama saja? Sama-sama harus diperlakukan dengan baik. Sama-sama harus dihormati hak-haknya dan dihargai keberadaannya.

Jadi kenapa kucing liar harus ditendang? Kenapa anjing liar boleh dilempar batu? Apakah mereka menyakiti?

Kecintaan pada binatang memang candu, gak bisa dibendung. Ada anak kucing liar yang nangis-nangis kelaparan, rasanya gak tega. Ada burung yang sayapnya luka dan gak bisa terbang, kok hati ini nelangsa. Lama-lama ada rasa ingin memungut (atau paling tidak, ada rasa HARUS memungut). Karena kalau tidak dipungut atau dibantu, rasa bersalahnya akan menghantui lama setelahnya. Akibatnya, di rumah ini jadi banyak kucing pungut. Di rumah nenek pun begitu. Dokter hewan di Bandung dan di Bintaro udah hafal kalo kucing-kucing yang kubawa ke mereka pasti kucing kampung yang kumal, bukan kucing keren yang mahal dan jelas silsilahnya.

Ke dokter hewan?!?!?! Iya, ke dokter hewan. Tak jarang hewan-hewan pungut itu sakit, dari mulai bronkhitis akut, diare, cacingan, flu, sampe virus yang gak jelas. Mau gak mau ya kita bawa ke dokter demi kelangsungan hidupnya. Sesekali bahkan ada yang rawat inap. Mungkin terdengar berlebihan. Tapi cobalah lihat dari sisi yang lain. Bukankah kita harus menolong sesama mahluk hidup, siapa pun dia? Selama masih mampu, kenapa tidak?

Tak jarang juga saya ini dijuluki 'dokter kucing' sama Uwa saya yang dokter manusia. Pemicunya mungkin karena beliau sering melihat saya 'sok' merawat hewan-hewan tadi. Gak selamanya kan saya bisa ke dokter hewan. You know lah....finansial....
Jadi mulailah saya bereksperimen. Kucing yang matanya belekan parah sampe gak bisa liat, saya kompres matanya pake kapas yang dicelup air teh. Kucing yang sakit apalah entah sampe gak mau makan dan lemes, saya suapi makanan kucing basahan. Kalau dia gak mau makan juga, saya suapi air madu supaya tubuhnya kuat, ditambah dengan disuapi susu yang sudah ditetesi propolis. Atau bisa juga dikasih air kaldu. Alhamdulillah, banyak yang sembuh. Baru kalau sudah parah banget, ya mau gak mau dibawa ke dokter hewan. Walaupun kan teuteup...harus dirawat ekstra juga di rumah.

Pernah suatu hari mama mengeluhkan tentang besarnya jumlah makanan yang harus diberikan pada kucing-kucing pungut kami. Reaksi yang wajar saja menurut saya. Tapi terlontar begitu saja kata-kata sok bijak dari mulut ini, "Ma, setiap mahluk punya rezeki masing-masing. Siapa tahu di dalam harta kita ada rezeki mereka. Lagian kita kan gak akan kelaparan cuma gara-gara kasih makan kucing." Mama mengangguk setuju. Kami sama-sama yakin bahwa berbagi adalah kewajiban. Selama dilakukan dengan ikhlas, maka kita pun gak akan pernah kekurangan.

Sedikit cukilan hadis akan coba saya sisipkan di sini.
Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Seorang wanita pezina melihat seekor anjing yang berputar-putar di atas sumur pada hari yang panas. Anjing itu menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu menimba air dari sumur dengan sepatunya, maka dia diampuni."


Lalu apa yang menyebabkan kita enggan bersikap baik terhadap hewan?






Penyusup di Kawinan Orang

Beberapa minggu lalu...

Si Saya, Rudi (sahabat), dan Ahra (adik bungsu) pergi ke kondangan kawan.
Rudi bertanya pada Si Saya sambil menyalakan Avanza hitam, "Ke mana kita pergi?"
Si Saya menjawab dengan yakin, "Balai Kartini, Gatot Subroto."

Meluncurlah mereka bertiga ke Gedung Balai Kartini untuk menghadiri pernikahan Chitta, salah satu teman Si Saya di milis keroncong. Sejujurnya, Si Saya juga belum pernah ketemu sama Chitta, bahkan sama sekali gak tau gimana wajah Chitta. Kunjungan ini sekaligus kop-dar (kopi darat) mereka yang pertama.

Sampailah mereka di Balai Kartini, gedung megah yang termasuk kelas high class sebagai lokasi pernikahan di Jakarta. Pestanya terlihat "wah" dengan tamu-tamunya yang juga berpenampilan. Tapi ternyata pas ngeliat karangan-karangan bunga yang mejeng di sana, kagetlah Si Saya, karena tulisannya adalah "Rika & Reza", bukannya "Chitta & Ziggy". OMG, Si Saya salah masuk gedung.

Dia sudah memutar badan, hendak keluar, tapi Ahra dan Rudi bilang, "Kita udah kelaparan banget nih. Makan dulu aja yuk. Nanti baru cari tahu di mana Chitta sebenernya."
Si Saya gak ada pilihan selain mengangguk, karena selain perutnya yang sudah salsa-an bahkan rock-an minta makan, dia pun gak tahu harus mencari Chitta di mana.

"Perasaan sih bener di Balai Kartini deh," Begitu pikir Si Saya.

Bodohnya, memang undangan yang hanya berupa hasil pindaian yang kemudian di-imelkan itu gak dibaca lagi, apalagi di print, oleh Si Saya. Dia sudah still yakin aja.

Sambil mencari info dan mengingat-ingat lokasi kondangan sesungguhnya, mereka bertiga--tanpa rasa malu--masuk lebih dalam ke gedung itu. Kasih angpao, tulis nama, dan celingak-celinguk lihat suasana. Gak mungkin lah salaman sama penganten. Jadi langsung saja menyambangi gubukan-gubukan yang ada.

Sayang beribu sayang, gedung yang berkapasitas hanya 1000-an orang ini jadi sesak karena dipadati orang yang jumlahnya melampaui kapasitas. Mau ke mana-mana, susah bergerak. Menu makanan yang "wah" didominasi dengan nama-nama makanan berbau Eropa, tapi sayangnya gak sesuai dengan rasanya yang "wih" (baca: gak enak..hehe).

Sejujurnya, perut Si Saya yang tadinya lapar, justru gak nafsu makan lagi. Mungkin lebih karena rasa bersalah sudah menyelinap ke pernikahan orang, sekaligus sibuk sendiri kasak-kusuk cari info dimana pernikahan Chitta yang sesungguhnya. Telpon sana telpon sini, tapi hasilnya nihil. Sampai akhirnya, di antara padat dan bisingnya ruangan itu, Si Saya memejamkan mata, mencoba mengingat dengan sangat-sangat khusyuk (kayak orang meditasi, tapi sambil berdiri) undangan dari Chitta. Kata kunci yang pertama: Gatot Subroto. Kata kunci yang kedua: Hotel. Kata kunci selanjutnya: kartini...ato kartika...

Ah ya!! Dapat!! Kartika Chandra!!

Si Saya langsung menarik tangan Rudi dan Ahra untuk diseret ke Kartika Chandra yang sama-sama terletak di Jalan Gatot Subroto. Harap-harap cemas, supaya kali ini lokasinya tepat. Gak tau kenapa, tapi Si Saya pengen banget ketemu Chitta.

Berbekal uang cadangan yang tinggal 50 ribu (karena uang yang seharusnya untuk Chitta, udah disetor ke undangan salah alamat tadi, yaaah...itung-itung biaya makan bertiga lah), mereka bertiga meluncur mundur, sambil sesekali lihat jam dengan panik karena sudah hampir jam 9 malam.

Tepat pukul 9 kurang lima belas menit, mereka bertiga sampai dan lega begitu melihat nama pengantinnya. Uang 50 ribu dimasukin ke kotak angpao setelah sebelumnya dibungkus tissue putih (soalnya, gada stok amplop lagi....). Ternyata acaranya udah sepiiii. Tinggal beberapa gelintir orang berkebaya dan berbeskap.

Jaln terburu-buru, Si Saya kaget melihat MC-nya....Ya ampuuun...itu kan Tante Mamiek Marsudi, kok bisa ketemu di sini. Cupika-cupiki, lalu langsung ke pelaminan, untuk ketemu sama Chitta. Gak lama sih, karena Chitta mau foto-foto. Gak papa lah, yang penting lega karena udah sempet memenuhi undangannya.

Tapi kaget juga, karena di sana bisa ketemu sama Mas Harry Suliztiarto dan istri. Ternyata Mas Harry itu Om-nya Chitta. Who is he anyway? Mas Harry itu penggagas panjat tebing modern pertama di Indonesia. Beliau "Bos"-nya Si Saya dan Si Aa di Skygers. Hhmm..ternyata dunia ini ya orangnya dikit kok, buktinya ketemu dia lagi, dia lagi.

pelajaran yang didapat pada hari itu:
1. Kalo mau ke undangan, periksa lagi undangannya, kalo perlu dibawa aja tuh undangannya. Jangan sok yakin dulu.

2. Sebaiknya bawa amplop lebih, ato bawa tissue aja kalo gak punya amplop, supaya bisa untuk ngebungkus uang angpao-nya kalo kepepet.

3. Wiken anda sunyi dan membosankan? Ditambah lagi perut anda lapar tapi gak mau makan di warteg? Kunjungi pernikahan terdekat, bawa uang secukupnya saja, lalu....SELAMAT MAKAN. Ini adalah cara mengusir lapar dan kesepian yang sangat-sangat baik....KALAU ANDA GAK TAU MALU.

Friday, November 7, 2008

Peraturan Baru dari Depnaker

T E N T A N G
TATA TERTIB KERJA - PERUSAHAA N
(BERLAKU : 1 JANUARI 2009)


PAKAIAN KERJA

anda disarankan berpakaian sesuai gaji yang anda terima.bila kami melihat
anda berpakaian mewah, membawa tas Perancis seharga 2 juta, atau sepatu
Italia senilai 3 juta, maka kami anggap anda hidup berkecukupan dengan gaji
anda dan karenanya tidak akan ada kenaikan gaji sampai anda terlihat melarat
lagi.

IJIN SAKIT

kami tidak menerima lagi surat keterangan sakit dari dokter sebagai bukti
bahwa anda sakit.kalau anda mampu mengunjungi dokter, kami nilai anda juga
mampu bekerja.

TINDAKAN OPERASI

tindakan operasi sekarang dilarang!. selama anda menjadi kayawan disini,
anda harus tetap memiliki seluruh organ tubuh anda. jangan sampai ada organ
tubuh anda yang diambil dalam tindakan operasi. dulu kami me-rekrut anda
dengan organ-organ tubuh yang lengkap. Mengurangi jumlah organ tubuh kami
nilai sebagai pelanggaran perjanjian kerja.


PERSELINGKUHAN DI KANTOR

hanya boleh ditempat yang telah ditentukan yaitu di gudang belakang, ruang
generator, tempat foto copy, WC (lihat peraturan mengenai WC) atau didalam
lift, yang semuanya telah dipasang kamera monitor dan alat perekam video.
anda berdua/bertiga/dst harus menggunakan kondom atau alat pencegah
kehamilan & penyakit!.

HARI BEBAS

semua karyawan berhak mendapatkan 104 hari bebas kerja setiap tahunnya,
yaitu pada hari sabtu dan minggu!

HAK CUTI

semua karyawan diberikan masa cuti pada waktu yang bersamaan setiap tahunnya
sebagai berikut: 1 januari, 17 agustus dan 25 desember.

KARYAWAN MENINGGAL DUNIA

Bila yang meninggal adalah karyawan yang bersangkutan ,harus dengan
pemberitahuan 2 minggu sebelumnya karena anda harus men-train karyawan
pengganti anda.

PENGGUNAAN WC KANTOR

terlampau banyak waktu dibuang di WC!. mulai saat ini, kami akan mengatur
jadwal ke WC bagi karyawan sesuai urutan alfabet nama.

contoh:
karyawan dengan awal nama "A" boleh ke WC jam 8 sampai jam 8.20. karyawan
dengan awal nama "B" dari jam 8.20 sampai 8.40, dst.., dst... bila anda
tidak sempat ke WC dalam jadwal tersebut, anda harus menunggu sampai
keesokan harinya. dalam kasus emergency, karyawan boleh menukar jadwal WC
dengan karyawan lain. supervisor dari kedua karyawan tersebut harus memberi
ijin tertulis sebelumnya.

JAM MAKAN SIANG

- karyawan yang kurus mendapatkan istirahat makan selama satu jam, karena
mereka perlu makan lebih banyak supaya kelihatan sehat!.

- karyawan yang berukuran "normal" mendapat jam istirahat makan siang selama
30 menit agar mendapatkan pola makan yang tidak berlebihan untuk
mempertahankan bentuk tubuhnya.

- karyawan yang gendut, mendapat waktu istirahat 5 menit, karena mereka cuma
butuh minum VEGETTA dan pil diet.



terima kasih atas kesetiaan anda pada perusahaan.

kami adalah perusahaan yang sangat peduli dengan sikap positif dan
keseimbangan karyawan

Wednesday, November 5, 2008

Hari ke-2 belajar nyetir

Total baru dua hari saya belajar nyetir. Bukan nyetir bajaj, apalagi nyetir pesawat. Cukup belajar nyetir mobil saja. Memang sangat memalukan, di usia saya yang sudah xx tahun ini, kok baru belajar nyetir. Bukan karena takut, sodara-sodara (sumpeh lu..masa nyetir aje takut?!?!), tapi karena males saja. Rasa-rasanya kok orang yang bisa mereka nyetir mobil juga cool

Dipaksa-paksa, disindir-sindir, saya malah makin tebel kuping. Tapi belakangan ini keinginan untuk bisa nyetir tiba-tiba menggebu-gebu. Kasiaaan banget kalo liat mama kemana-mana harus nyetir sendiri. Apalagi kalau kami pergi berdua dan harus mama yang nyetir melulu, rasa-rasanya kok jadi anak yang gak tahu diuntung ya? Jadi merasa seperti pecundang saja.

So, sejak kemarin saya bulatkan tekad untuk mulai les nyetir di tempat kursus yang gak seberapa jaraknya dari rumah. Mumpung saya lagi bener-bener jadi pengangguran, sepertinya meluangkan waktu 10 hari saja tidak berat.

Hari pertama:
Belajarnya dimulai jam 10 pagi. Bersama saya, di dalam avanza silver itu, ada seorang guru yang sangat sabar; Pak Daris, dan seorang murid senior (satu hari lebih dulu belajar dari saya); Mas Wanda.
Kaget bukan main karena ternyata langsung belajar di jalan raya. Langsung disuruh ngejalanin mobil di jalan yang penuh mobil...wahaha...mabok bae' deh. Untunglah hari pertama ini berjalan cukup baik, gak terlalu malu-maluin lah paling nggak. Hanya saja merasa super-kagok-banget-sehingga-nyetirnya-ngaco kalo udah masuk ke jalanan yang rame. Selain dibawa ke jalan raya, rupanya tema utama hari ini adalah belajar belokin dan puterin mobil. Jadi Pak Daris membawa kami ke jalanan sepi yang banyak belokannya. Jalan dikit, belok, jalan dikit belok muter...gitu aja melulu.
Evaluasi: 1). Stir mobil pengennya diarahin ke kiriii melulu, lantaran jiper ngeliat mobil dan motor yang seliweran dari sebelah kanan, apalagi spion kiri adalah salah satu bagian mobil yang suka kelupaan ditengok. 2). Belom bisa maen perasaan waktu injek gas, kadang terlalu hot nginjeknya sehingga dikatain tukang ngebut sama gurunya, dan kadang malah jalannya kayak siput lantaran gasnya bukan diinjek tapi 'dibelai' (takut dibilang tukang ngebut). 3). bingung kalo udah harus belok di jalan raya; lupa sama lampu sen, lupa ngebelokin mobil, bingung harus ngegas ato ngerem ato injek kopling.
Tapi kayaknya gayaku pas nyetir oke juga.. Memang....style is number one..hehehe.

Hari kedua:
Awalnya parah banget nyetirnya. Kesalahan-kesalahan di hari pertama ada semua di hari kedua. Mana hujan lagi, jadi gak nyaman banget ngeliat ke jalannya. Tema hari ini adalah belajar melewati polisi tidur. Jadi sesudah Pak Daris puas menyiksa kami di jalan raya , kami pergi ke daerah yang isinya polisi tidur melulu. Itu looh, di daerah senayan bintaro masih ke sanaan lagi, sesudah global jaya itu loooh, yang jalannya mulus dan lebaaar tapi jeglak-jegluk melulu. Awalnya bloon banget. Tapi lama-lama, setelah melalui waktu yang serasa seperti 5 tahun, agak sedikit tidak terlalu oon lagi mrgreen.
Evaluasi: 1). kesalahan-kesalahan di hari pertama masih sering dilakukan. 2).kalo pas ada polisi tidur, suka belom pas memperhitungkan kapan harus injek rem dan lepas rem, atau kapan perlu injek kopling atau enggak, dan saking lembutnya menekan gas (takut dibilang suka ngebut), mobilnya suka gak jalan...hehehe...
Sempet stressed out sebentar saat tadi baru keluar dari tempat les untuk nyetir di jalan raya dalam keadaan hujan deras (saya sadar banget kalo posisi tubuh saya tegak setegak-tegaknya dengan jari-jari tangan yang mencengkeram erat stir). Walau demikian, teuteup doong...gayanya mah cool.

Mudah-mudahan hari ke-3 besok lebih baik lagi.
Harus latihan sendiri dulu ah pagi-pagi besok.

Tikus Mati di Atas Kursi


Semalam, tiba-tiba saja Si Bungsu jejeritan sambil lari (plus sedikit loncatan) ke kamar. Kebetulan penghuni rumah ini lagi lengkap berkumpul; ayah, mama, saya, Si Tengah, Si Bungsu. Kami semua sih santai saja menanggapi teriakan Si Bungsu--yang anak cowok satu-satunya dan berbadan paling besar pula--karena sudah bisa menebak apa kira-kira sumber masalahnya.

Tuh kan betuul...ternyata penyebab munculnya "suara geledek" di dalam rumah itu adalah....TIKUS...

Si bungsu menemukan seekor tikus mati. Seluruh penghuni rumah gak ada yang berani ataupun sudi untuk sekedar mendekat. Semuanya cuek aja melingker di atas kasur.
Tinggal saya yang penasaran ingin melihat TKP-nya.

Ternyata memang agak parah juga ya, karena si tikus--yang sepertinya masih berusia remaja-- mati secara mengenaskan di atas kursi meja makan. Kenapa mengenaskan? Karena matinya dalam keadaan mulut terbuka. Ini pasti ulah kucing-kucing saya yang hanya untuk iseng saja mempermainkan binatang kecil itu
.cry

Maafkan saya tikus kecil, karena bukannya bersedih dan mendoakanmu, saya malah ketawa ngakak melihat jenazahmu. Salahkan sosokmu yang mati dengan posisi terlentang sehingga perut buncitmu itu bebas memamerkan diri. Salahkan gigi-gigi kecil dan panjangmu itu yang nongol dengan suksesnya melalui mulutmu yang terbuka.

Tikus kecil dengan gigi-gigi nongol yang putih bersih, selamat jalan ya..
Maafkan saya juga karena gak memakamkanmu secara layak lantaran tanah dipekarangan rumah sudah di-ubin dan di-batu semua sama Ayah.

Monday, November 3, 2008

Looove Ballet...


Saya suka ballet. Dari kecil seneng banget ngeliat ballerina. Gerakan dan postur yang anggun, mimik yang ekspresif, cerita-cerita yang dramatis, musik yang mengalirkan emosi, kostum-kostum yang heavenly…..waa pokoknya suka!! Komik, novel, atau film tentang ballet, sebisa mungkin punya, atau paling enggak pernah baca atau lihat. Tapi kalau ditanya apa saya pernah bermimpi jadi ballerina, mmh bisa dipastikan bahwa jawabannya adalah TIDAK, dengan huruf-huruf kapital. Posturku bukan postur penari ballet yang kecil ramping, saya tidak mau disuruh pakai baju-baju tipis dan ketat, dan saya menentang dengan keras “penyiksaan” fisik atas diriku berupa diet ketat..tat..tat..ala ballerina atau menambah “rusak” kakiku dengan berdiri ujung kaki selama berjam-jam. Yah, pada intinya sih memang tidak ada hasrat ke arah sana. Cuma suka aja. Sampai-sampai saya kepengen banget punya toe shoes, kalau bisa yag warna merah menyala….waaw keren!! Buat apa? Cuma sekedar buat punya aja. Ada yang tau berapa harganya? Atau ada yang mau ngasih?

Memilih Suami Bagaikan Membeli McDonalds

"Sayang, memilih suami itu seperti kita beli paket makanan di Mcdonalds", kata sahabatku sambil senyum-senyum sok bijak.

"Maksudmu?" tanyaku.

"Ya kita gak selalu bisa ngedapetin apa yang kita mau dalam satu paket. Kamu bisa suka paha ayam, kentang, softdrinknya, tapi gak suka scrambled eggnya, kan?"

"Terus?"

"Walau kamu gak suka scrambled egg dalam paket itu, tapi tetep harus kamu ambil kalo kamu emang pengen beli paket itu. Suka atau gak suka, kamu harus tetep beli scrambled eggnya. Pilihan lainnya, kamu pilih paket lain saja yang mungkin gak ada scrambled egg-nya tapi mungkin juga gak pake paha ayam favoritmu itu," lanjut sahabatku.

"trus hubungannya?" tanyaku tetap dengan pikiran buntu yang oon.

"Begitu juga dalam diri seseorang yang kamu cinta. Kamu bisa suka dia karena kesabarannya, karena kegigihannya memperjuangkan sesuatu, karena kemandiriannya dan kematangannya. Selain sifat-sifat yang kamu sukai tadi pasti ada sifat-sifatnya yang kamu gak suka, misalnya bahwa dia itu bukan laki-laki yang 'sweet', malah cenderung 'lempeng'. Tapi kalo kamu mau dia jadi suami kamu, kamu gak bisa tolak sifat-sifat buruknya. Suka ato gak suka kamu dengan sifat buruknya, kamu harus tetap ikut memilikinya juga, bersamaan dengan sifat-sifatnya yang kamu suka. Itu udah satu paket. Kamu gak bisa pilih dan ambil apa yang kamu suka dan menolak apa yang kamu gak suka. Pilihan lainnya adalah kamu bisa aja cari laki-laki lain yang sweet dan manjain kamu. Tapi di dalam diri laki-laki yang sweet itu, belum tentu gak ada sifat-sifat lain yang mungkin akan lebih kamu gak suka lagi."

"Sama juga kayak kalo kita beli laptop ya, ada plus dan minusnya dalam satu unit?" Kata aku mencoba ikut beranalogi.

"iya bener, sama ketika kamu beli laptop."

"Kalo gitu kita rakit aja sendiri laptopnya," kataku masih dengan oon-nya.

"Laptop bisa dirakit, tapi manusia itu gak ada yang rakitan, sayangku, " rupanya sahabatku masih bersabar.

"Oh okay. Trus tentang lelaki sweet tadi bagaimana? Aku bener-bener butuh laki-laki yang sweet. Aku sebel banget sama sifat lempengnya itu. Aku ingin dimanja, diperhatikan. Aku ingin dia lebih peka memperlakukanku."

"Kamu bisa aja akhirnya pilih laki-laki yang sweet tadi, tapi coba kamu pikir, apakah kamu yakin memilih lelaki yang seperti itu? Kamu dengan sifatmu yang bosanan itu apa gak lebih cocok dengan laki-laki yang cuek sehingga bisa bikin kamu penasaran dan kamu kejar-kejar selamanya? Sadarkah kamu kalo Tuhan itu memberikan apa yang terbaik bagi kamu walau apa yang terbaik bagi kamu belum tentu apa yang kamu inginkan?"

Aku termangu mendengar penjelasan dari sahabatku yang berapi-api dan sedikit tidak jelas. Tapi aku paham betul apa yang ia maksud.

Aku lalu hanya bisa bilang, "Jadi maksudmu, apa yang kita mau belum tentu apa yang kita butuhkan ya?"

"Iya, dan Tuhan sangat tahu apa yang sesungguhnya lebih kamu butuhkan."


-Ditulis (dengan hiperbola) berdasarkan hasil perbincangan dengan salah seorang sahabat terbaik yang pernah dimiliki.

Kupinjamkan Telingaku Demi Hanamasa

Hari ini seorang sahabat laki-laki berhasil menculikku dengan halus.
Temanya adalah buka bersama demi sebuah curhatan tentang patah hati.

Sahabat : Jeng, ketemuan yuk. Saya ke rumah ya?
Saya : Ada apa?
Sahabat : Ada yang mau diceritain. Nerusin curhat yang semalem.
Saya : Oh. Ayo aja lah. Sekalian buka di luar?
Sahabat : Boleh
Saya : Dimana?
Sahabat : You pick the place
Saya : Hanamasa?
Sahabat : Oke
Saya : (dalam hati) horee ditraktir!!

Siang ini udara panas. Dapur pun panas. Menghabiskan beberapa saat di depan kompor dan oven untuk membuatkan spaghetti, macaroni, dan garlic bread khusus pesenan ayah, rupanya sudah membuat badan ini cukup lemas.
Gak terasa hari semakin sore, tapi badan ini masih lemas juga. Sampai si sahabat menjemputku dengan motornya, dan dengan lunglai aku naik ke itu motor. Males banget harus keluar rumah. Bener-bener lagi gak mood untuk dengerin curhatan orang. Tapi demi hanamasa gratis, kusediakan telingaku bagimu sahabatku .

Sampai di suatu mol (OMG...si lala ke mol?!?!), kami sempet ngabuburit sekitar 15 menit di Gramedia, setelah sebelumnya sempet beli 2 botol pocari sweat untuk ngebatalin puasa. Adzan berteriak-teriak melalui speaker gramedia. Kami berdua memperkosa botol pocari sweat dengan rakus sambil mencari-cari musholla untuk magrib-an dulu.

Buka sudah, magrib pun sudah. Tinggal perut ini yang dibuat senang. Hanamasa sudah melambai-lambai dari kejauhan.
Ups..ternyata masih penuh. Kami kebagian nomor antri ke-14. Ini betul-betul antri namanya. Sambil menunggu antrian selama 3/4 jam, sahabatku itu sempet mencoba curcol (curhat colongan) beberapa kali, yang--dengan kejamnya--hanya kutanggapi sekadarnya.
Baru setelah meja didapatkan, shabu-shabu dan yakiniku di depan mata, curhatnya mulai kudengarkan dengan riang gembira.

Curhat ini adalah curhat yang panjang, karena baru jam 9-an kami akhirnya cabut dari situ.
Perut udah kenyang walaupun curhat belum juga selesai. Sudah mondar-mandir sering sekali untuk isi ulang thai tea dingin dan ice lemon tea. Tapi ternyata curhatnya memang belum juga digenapi. Jam setengah sembilan, aku masih mencoba bertahan, karena sekali lagi....kupinjamkan telingaku ini demi makan di hanamasa, sahabatku.

Dan datanglah waktu untuk transaksi pembayaran.
Saya : Saya gak bawa uang cash, jadi pake kartu saya aja dulu ya?
Sahabat : Gak usah..saya ada uang cash kok
Saya : Iya, nanti saya ganti yang bagian saya
sahabat : (senyum2 aja)

Sesudah pembayaran
Saya : ke BCA dulu yuk, ambil uang
Sahabat : yuk

Beberapa jenak kemudian
Saya : Nih, uang makanku tadi
Sahabat : Ah gak usah deh
Saya : (basa-basi) gapapa kok...aku ga enak sama kamu
Sahabat : Biar saya aja yang traktir
Saya : (tetep basa-basi) Jangan ah, saya gak enak
Sahabat : (senyum sambil ngambil itu uang)
Saya : (dalam hati) loh kok diambil sih uangnya?
Sahabat : yakin nih? Kalo udah masuk dompet gak bisa keluar lagi loh uangnya
Saya : (dengan hati yang mengkeret, gelisah) iyah..gak papah
Sahabat : (tetep senyum) ya udah, makasih ya. Lain kali saya traktir kamu deh
Saya : (dalam hati) yaaaaaaahhh....tau gitu mah tadi dengerin
curhatannya di warteg ajeee...


Pelajaran yang bisa ditarik: Gak usah pake gengsi-gengsian deh kalo di depan cowok....uuuh...sering banget kejadian gini terjadi karena kegedean gengsi.

-Dialami dan ditulis (lagi-lagi) saat Ramadhan 2009.

Sayur Asem Kiriman Tetangga


Sungguh beruntung tinggal di perumahan ini. Terletak di perbatasan Tangerang - Jakarta Selatan, perumahan ini adalah perumahan kelas menengah dan sering banjir, sehingga kini tanggulnya dibuat tinggi dan panjang seperti Tembok Cina. Penghuninya kebanyakan adalah pendatang dari berbagai daerah, terutama Jawa. Keadaan ekonomi penghuninya terlihat makin membaik, dengan keadaan rumah yang kian direnovasi dan mulai padatnya hunian ini dengan kendaraan. Kehidupannya masih guyub, dengan hubungan pertetanggan yang masih kental. Satu sama lain saling kenal dan interaksinya intens. Warung-warung boleh dihutangi, dan antar tetangga saling membantu. Dalam rangka hajatan atau pun musibah, warga sekitar rumah langsung turun membantu tanpa diminta. Pun ketika garam atau nasi habis, para ibu biasa saling menyediakan. Tak ketinggalan, sebagian warga di sini pun senang sekali bertukar makanan. Saling kirim makanan adalah hal yang wajar. Saling mengundang untuk makan rame-rame sudah biasa. Bahkan numpang makan di rumah tetangga pun ada yang oke-oke saja.

Sore kemarin, saya dan keluarga mendapat rezeki besar. Tetangga kami yang ramah--keluarga Widji--punya masakan yang bikin keluarga kami merem-melek. Masakannya biasa saja--sayur asem lengkap--tapi rasanya...mmmhhh...T-O-P.

Bu Widji orang Jawa, tetapi sayur asemnya adalah sayur asem versi Betawi yang dimodifikasi. Isinya tidak secampur-aduk sayur asem Betawi yang sungguhan, tapi juga tidak manis seperti sayur asem Jawa dan tidak berkuah merah (karena cabai) ala Sunda. Sayur asem Bu Widji tidak manis, tidak pahit (karena pare, seperti versi Betawi sungguhan), tapi segar. Belum lagi kalau di dalam sayur asemnya ditambah sedikit tetelan daging untuk memberi citarasa kaldu. Isi sayur asemnya pun standar saja, yaitu: daun melinjo, melinjo, kacang tanah kupas, kacang tanah kulit, labu siam, kacang panjang, jagung manis, dan yang terakhir (dan tidak ada dalam sayur asem-ku) adalah terong bulet. Lalu jangan tanya tentang sambal terasinya....wuih dahsyat!! Ditambah dengan ikan asin dan lalapan. Bonusnya pun tak kalah menawan, yaitu pepes ikan....mmhh..lengkap sudah kebahagiaan berbuka puasa.

Segera saja 'sesajen' balasan berupa otak-otak ikan bandeng oleh-oleh dari Surabaya langsung diantar ke rumah Ibu Widji melalui tembok pemisah rumah yang pendek.

-dialami dan ditulis pada Ramadhan 2009

Keroncongan di Solo


Kembali dikasih cobaan nikmat sama Tuhan berupa jalan-jalan ke Solo gratis..tis..tis..Bukan jalan-jalan biasa, tapi jalan-jalan untuk ber-keroncong. Nah loh, bagi saya, ini adalah godaan yang tak bisa ditolak.

Ceritanya begini..

Tante Sundari Soekotjo (TSS) berhasrat untuk mengadakan konser keroncong dengan kemasan yang ‘rapi’ dan eksklusif, yang di dalam acara tersebut diberikan penghargaan kepada beberapa seniman keroncong yang konsisten di jalurnya. Selain itu, beliau juga menginginkan ada semacam workshop keroncong sebagai media bagi para seniman keroncong untuk silaturahmi dan bertukar pikiran. Untuk tim woro-woro dan bantu-bantu dipakailah kami dari komunitas keroncong cyber dan TJROENG.

Jadi, di situlah saya dan beberapa orang teman komunitas lainnya, terdampar di SOLO, bolos dari rutinitas masing-masing. Tim kami yang berangkat adalah: saya, Mas Adi (bosnya komunitas kroncong), Mas Bambang, Mas Wiwied, Mbak Isna (bendahara Tjroeng), Pak Imam (orang top se-bogor), Bang Andre (bos-nya kroncong tugu), Zeth dan Kornel (mahasiswa Jogja yg juga anggota komunitas kroncong).

Sesampainya kami di Solo setelah menempuh perjalanan dari Bandung naek mobil, kami langsung bebersih badan, istirahat sebentar, dan sok sibuk ngurus-ngurus sarasehan.

Tunggu…tunggu..kenapa saya jadi males gini ya mau cerita? Panjang bo’. Males...hehehe twisted


Digigit Anjing (lagi)

Photobucket

Sebagai pecinta binatang, digigit binatang seharusnya bukan hal yang aneh lagi. Dari kecil, udah gatau deh seberapa seringnya saya digigit atau kena cakar binatang. Salah satu yang paling parah adalah ketika muka saya dicakar kucing saat balita. Lalu juga sewaktu digigit anjing sampe bajunya robek-robek dan betis berdarah-darah ketika SD. Inget banget waktu itu saya sampai nangis jejeritan karena betis saya yang okeh ini gakmau dilepas juga sama itu anjing sarap, walaupun kaki saya udah dihentak-hentak sekuat tenaga. Dan anehnya, melihat anak kecil jerit-jerit digigit anjing, orang-orang pada ngeliatin aja dengan melongo…dasar orang bintaro sektor 2 !!
Belum lagi gigitan-gigitan dan cakaran-cakaran lain yang memang sudah seperti koleksi tato bagi saya. Sampai kini pun kulit ini rasanya gak pernah mulus, adaaa aja luka-nya.

Untungnya gigitan, cakaran, tendangan itu gak bikin saya kapok ngedeketin binatang, sampe sekarang. Dan akhirnya tadi sore, saya kembali digigit sama anjing dengan mantabnya.

Anjingnya tetangga sebelah rumah saya lucu banget. Bruno namanya. Tadi itu saya gak tahan ngeliat badannya yang buntek dan ekornya yang melingkar lucu, seperti anjing Shiba dari Jepang. Warna bulunya coklat, dan perawakannya sedang, entah anjing jenis apa dia. Dari jauh, memang sudah keliatan rada agresif nih wataknya. Makanya si majikan selalu megangin rantainya kencang-kencang saat Bruno diajak jalan-jalan. Konon, rantainya sudah berulangkali putus, saking mustang-nya tuh anjing. Yah, karena gak kuku ngeliat betapa lucunya dia walopun melonjak-lonjak dengan sangat agresif, akhirnya saya elus-elus kepalanya. Sampai gak bisa menahan diri untuk memintam ujung rantainya, dengan maksud mau ngajak Bruno jalan-jalan malam.

Apa daya, belum sampai dua lankah, tiba-tiba Bruno berbalik dan “Graukkkss!!”, menggigit betis ini dengan nikmatnya sampai celana kesayanganku robek. Belom puas, dia incer bagian perut, tapi…..ups meleset, sehingga hanya berhasil menggigit kaosnya saja (hayooo kata siapa perutku buncit?!?!?).

Bagaimana rasanya?? uuuh jangan tanya…sakiiit. Tapi karena gengsi dan merasa diri sebagai jagoanwati, yaah muka ini disetel cool aja kayak gak pernah kesenggol Bruno sedikitpun. Malah sempet ngobrol-ngobrol dulu sama majikannya Bruno.

Ah..bruno…bruno…emang eike hot banget ya sampe situ gak kuku pingin gigit?

Trip to Malaysia: Tuhan Maha Penggoda

Itu yang aku teriakkan ketika tiba-tiba di pagi buta, saat masih enak2nya melingkar di kasur, dapet tawaran mengejutkan dari Ayah untuk pergi “maen-maen” ke Malaysia. Oh oke, ada sedikit misinya juga sih. Jadi gini ceritanya. Adiknya mama yang jadi TKI, sebagai pilot, di Malaysia pengen supaya anak perempuannya yang masih SMP dan tinggal di Indonesia pergi ke Malaysia selama liburan sekolah lalu. Nah om-ku itu minta supaya aku nemenin dia ke Malaysia. Awalnya aku nolak dengan alasan…SKRIPSI….SIBUK. Ceritanya sih mencoba untuk fokus dan konsisten, walopun dengan hati yang sangaaat berat. Jadilah akhirnya si Dita—adikku—yang diutus untuk nemenin Putri, sepupuku itu. Tentu saja ongkos dan akomodasi Dita ditanggung si om dong.

Seminggu sebelum keberangkatan, di Minggu pagi yang damai, keluargaku kumpul di depan komputer dan berselancar untuk pesen tiket pesawat online.Dan itulah saatnya, ketika si Ayah ujug-ujug ngebangunin aku dengan paksa dan nanya: “mau gak kamu ke Malaysia? Cepetan jawab dong! Kalo mau sekalian dipesenin tiket nih.” Aku yang setengah tidur gak terlalu antusias, malah nanya-nanya tentang siapa yang bayar ongkosku dan bagaimana dengan skripsiku. Dan sampai akhirnya kepalaku ngangguk, bilang “iya”, senyum senang, dan tidur lagi.

Setelah terbangun 15 menit kemudian, baru aku ngeh kalo ayah memang bener2 beliin tiket juga untuk aku. Jadi maksudnya, Dita dibayarin Om, nah kalo aku ditraktir Ayah. OMG…beneran nih aku berangkat?! Gak percaya ditawarin rejeki nomplok pagi-pagi. Senang!

Keesokan harinya, aku langsung ngurus pasport lewat jalan cepet yang cuman 3 hari (boleh gak sih?). Tapi akhirnya aku mikir juga, gimana dengan skripsiku? Aku kan udah komit untuk fokus. Bisa kacau semuanya nih. Sekali gak komit, bakal terus-terusan gak komit. Saat itu aku sempet menyesal.

Tuhan memang Maha Pengoda. Dia tahu betul bagaimana cara menggoda mahlukNya. Dia tahu betul jalan-jalan adalah kesukaanku, dan dengan itu pulalah Dia kembali menggodaku. What a guilty pleasure.

Jadilah Aku dan Dita pergi ke Malaysia nemenin Putri…Hooray!!

Rumah keduaku : Rumah Sakit Internasional Bintaro

Sudah hampir tiga minggu ini saya punya rumah kedua, atau sebut saja apartemen saya yang baru. Tiada lain dan bukan adalah Rumah Sakit Internasional Bintaro (disingkat RSIB). Hampir tiap hari saya bolak-balik ke rumah keduaku itu, bahkan seringkali nginep di sana.

Ceritanya si Ayah masuk rumah sakit sejak tanggal 11 Agustus. Sakitnya demam berdarah, ato mari kita panggil saja dengan DB, biar lebih akrab, biar seperti DJ ato VJ. Berhubung DBnya cukup parah, saya dan keluarga harus piket jaga. Si bungsu sekolah, jadi dia gak bisa standby. Jadi tinggal mama, saya dan si tengah. Mama keukeuh jagain ayah tiap malam (sooo sweet), karena memang keinginan beliau dan karena si ayah itu manja banget sama mama. Jadilah saya dan si tengah bergantian jaga tiap pagi dan siang. Walau begitu, tiap hari pasti kami nongolin muka di rumah kedua itu. Setelah beberapa hari di sana, kami sempet ngalamin tujuh belasan dan nonton upacara bendera (kebiasaan keluargaku pas 17an adalah nonton upacara bendera di tv) di apartemen kami baru, trus nginep sekeluarga di rumah sakit pas malam sabtu, dan rombongan keluarga yg udah kayak arisan ngejenguk ayah gak berenti-berenti. rame..

Berita baik datang, ayah boleh pulang tanggal 18 agustus….hore!!
Walau begitu, keadaannya belum pulih benar. Ayah masih harus bed rest selama seminggu-an. Belum lama saya merasakan nikmatnya tinggal dan leyeh-leyeh di rumah kami yang beneran, eh si bungsu sakit dan harus masuk RS juga sejak tanggal 22 Agustus–pas ulangtaun mama. Tebak sakit apa?! DB lagih…uuh, centil banget tuh si eneng aedes.

Jadilah jadi, saya kembali merasakan hembusan angin ac terus-menerus dan wangi RSIB yang khas setiap hari. Sebagai pengangguran sejati, kali ini sayalah satu-satunya yang bisa sering-sering jaga si bungsu di RS. Kata dokter Badar yang ganteng itu DB-nya si bungsu juga termasuk yang parah, sama kayak si ayah.
Kali ini bener-bener tiap hari ada di RSIB. Setiap hari pulang-pergi. Kadang dateng sore, pulang pagi. Kadang dateng pagi, pulang malam. Bawaanya juga banyak. Tas gede selalu dibawa-bawa, ceritanya biar bisa ngerjain kerjaan di sana (walopun akhirnya malah nge-game).

Untunglah saya sih lumayan betah-betah aja, karena tau sendiri lah HBO kan selalu wokeh filmnya, ato kalo bosen baca novel, ato kalo bosen buka game, ato kalo bosen ya tidur, ato kalo bosen jalan-jalan di bawah, ato kalo bosen ya…naek ojeg dan pulang :) Tidurpun nyamaaan…karena sofanya empug banget (gak kaya di rumah..hehe). Kalo nginep sendirian, tinggal tidur aja di sofa pake bantal dan slimut yang tersedia. Kalo nginepnya berdua, sofanya tinggal dibuka dan muncullah kasur putih yang walopun dari besi tapi tampangnya kurang meyakinkan kalo mengingat ukuran bodi saya. Ato kalo nginepnya rame-rame, gelar tiker, gelar karpet, turunin kasurnya, turunin bantal sofa yg gedhe2…slimutan…bobo deh…hehehe…dasar ndesooo…

Saya dan keluarga saya yang heboh bin ribet itu pun gak ketinggalan bawa peralatan lengkap ke rumah sakit. Sampe-sampe ngeliat tas yang numpuk waktu pertama masuk RS, mungkin orang-orang bingung..ini teh mau masuk rumah sakit ato berlibur seminggu di Bali sekeluarga?

Peralatan makan dari sendok, piso, garpu,piring, mangkok, gelas lengkap terbawa. Gak lupa teh, kopi, dan aneka cemilan sehat. Tiker dan kerpet turki tipis juga ada, in case tamu-nya serombongan kayak arisan dan gak kebagian duduk di sofa kamar. Beberapa kali malah sampe bawa juicer, dan barusan si ayah telpon minta dibawain kompor listrik…duuh. Pernah kepikiran mau buka warung aja sekalian di kamar, jualan indomie, jus, buah…lumayan lah biar bisa balik modal lol.

-dialami dan ditulis sebelum Ramadhan 2009